Sabtu, 18 Februari 2012

Boneka Pengantar Cuaca

Hujan semalam bikin lamunan gue buyar, gelap dan terang saling beradu kencang di langit malam. Kilat itu menyambar hati ini. Menyiramnya kembali dengan seguyur hujan.

Pagi ini sedikit lengang di jalan raya, gak sekelam mendung dilangit yang memayungi orang-orang dibawahnya. Begitu sapaan pagi dan segepok sarapan menghampiri gue dari balik kaca mobil, dari balik saluran telepon di telinga sebelah kiri. Gue sadar pagi ini begitu sejuk. Gak dingin, tapi sejuk. Mungkin karena mendung dengan background matahari yang sedikit pudar. Atau mungkin karena sapaan lo yang begitu manis. Pagi ini lo bukan sarapan, lo bisa cukup jadi boneka yang biasa tergantung diluar jendela kamar. Terbawa angin melambai mengikuti iramanya kesana-kemari. Boneka yang menjadi penentu cuaca.

Sore ini gue tau, lo mungkin tengah beradu dengan otak dosen didepan kelas. Mendengar apasaja yang dia katakan, mendengar entah itu tersimpan dimemori atau malah mengambang melayang bersama udara suntuk diruangan kelas. Hai, gue begitu senang mengenal lo, iyah lo. Bahkan untuk apapun, disini gue untuk peredam bukan pendendam buat lo.

Selamat datang hari ini, selamat datang boneka penentu hujan. gue udah move dari satu sisi yang entah itu akan terjamah atau malah gak sama sekali. Lo itu sarapan boneka penentu ujan. "Dear boneka penentu hujan. Kamu gak perlu bersusah payah mengusir mendung sore ini. Aku mempunya senyummu untuk yang lebih hangat"


sudut biasanya di restorant cepat saji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar