Aku pernah melihat senja di sore hari. Selalu di setiap sore. Pagi ini aku melihatnya, seperti biasa dia keemasan, membias masuk menembus kaca mobil yang ku kendarai, menyilaukan mataku. Pagi ini jalanan yang kulalaui lumayan lancar. Itu yang mereka sebut kampus, kesitulah tujuanku. Setelah kemarin hampir terlambat, aku memutuskan hari ini untuk berangkat lebih awal.
Namanya hujan, dia kemudian membasahi bumi sedetik setelah aku sampai ditujuanku. Dia menghilangkan keemasan itu, menghilangkan senja pagi. Kemudian menggantikannya dengan dingin yang akan membuat beberapa orang yang memiliki pasangan untuk saling menghangatkan. Kemudian mereka yang tidak atau belum memiliki cinta itu mengulat diantara selimut hangat di kamar.
Hari ini semoga tidak menjadi hari berat. Hujan menggantikan senja, aku menyukai senja tapi juga dengan hujan. Hujan menghapuskan pahit diantara manis, menggantikannya dengan manis lainnya.
Aku sedang ingin menyapa seseorang, yang hangat seperti senja dan sejuk seperti hujan. Tapi entah dia masih terlelap diantara selimutnya sendirian, atau bersama benda kesayangannya. Aku tidak berani membangunkannya. Dia seperti beruang, dia manis seperti madu.
Sekarang aku tengah duduk di ruang kelas yang cukup besar. Kelas ini nanti akan dihuni oleh lebih dari 100 orang untuk mendapatkan ilmu bagaimana menjadi dokter. Oh ya, aku calon dokter. Dokter gigi lebih tepatnya. Kelas ini masih dihuni sekitar enam orang termasuk aku. Jam sudah menunjukkan pukul 07.42, yang artinya 18 menit lagi menuju jam masuk. Hujan diluar, hangat di ruangan ini. Seperti hangatnya hatiku saat ini. Tidak merasa dingin dan tidak merasa hangat. Biasa saja.
Baiklah ini ritualku setiap pagi, memberikan ucapan selamat pagi kepada kamu atau kalian. Berharap kamu atau kalian mendapatkan hari yang indah setiap paginya. Dan pagi ini aku mendapatkan senja dan hujanku, semoga aku bisa menjadi pelangi diantaranya.
Selamat Pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar