Rabu, 08 Februari 2012

Senja Pudar

Namaku senja. Seperti namaku aku menyukai senja. Aku tengah duduk di ayunan teras balkon rumahku. Aku beruntung karena ibu membangun rumahku dengan menakjubkan. Rumah ini bisa melihat sunrise dan sunset. Dan kamarku adalah salah satu tempat strategis untuk melihat kedua keindahan itu. Aku hampir setiap sore menghabiskan waktuku disini. Ini karena waktuku memang tidak boleh lebih dari sore. Aku tinggal dengan ibu dan seorang pembantu, dia dokter gigi. Dan ayahku. Entahlah, ibu tidak pernah ingin membicarakannya, dan aku juga tidak pernah ingin menanyakannya. Ibuku adalah orang yang terbaik yang ku kenal. Setelah kejadian kemarin.

Aku menghabiskan liburanku disalah satu kota dinegaraku. Mengingat sewaktu kecil ibuku pernah mengajakku ke kota ini. Dan aku merindukan kota ini. Kemudian dengan keberanian aku meyakinkan ibu bahwa aku akan baik-baik saja pergi ke kota itu sendirian.
Disinilah semuanya dimulai. Aku bertemu dengan seseorang, seseorang yang membuatku melihat hidup sebenarnya. Diluar ibuku. Aku mengenalnya , begitu saja. Tapi tidak tahu apa pun tentangnya. Sampai suatu ketika aku mulai merasakan sesuatu. Sesuatu yang aneh. Ada rasa bahagia di dekatnya. Kemudian ketika jauh darinya ada rasa tertusuk didada. Aku menghabiskan semua wktu liburanku bersamanya. Membuatku membayangkan bagaimana jika aku menghabiskan sisa hidupku bersamanya ? Aku menginginkannya. Teramat sangat. Begitulah dia, dia seperti sosok yang tidak pernah ku dapatkan dari ibuku. Dia seperti ayah bagiku. Dan aku mencintainya. Aku memberikan semuanya kepadanya. Maksudku, semuanya. Agar dia tahu aku benar-benar merasakan tidak ingin kehilangannya. Dia pun sering berkata “aku menyayangimu, dan tidak akan menyakitimu” kemudian ku balas “benarkah ?” Dan dia pun berkata “apakah kau perlu bukti lagi ?”. Kalimat terakhir membuatku diam. Dan mempercayainya.

Sebelumnya kami membeli dua buah baju yang sama, bertuliskan “dasamuka” yang menceritakan seseorang yang bisa dibilang pembohong yang ulung. Tidak ada mksd lain. Bukan karena ceritanya, tapi karena baju itu memang bagus.
Dan akhirnya seperti yang dikatakan ftv yang ku nonton siang ini “begitulah cinta, dia datang tiba-tiba tanpa rasa kemudian membuat kita bahagia, dan berakhir dengan sakit”. Aku mengtahuinya. Dia berdasamuka kepadaku. Aku bukan yang pertama, bukan yang seharusnya dia jaga. Kemudian dia membuat janji untuk menjagaku, dan meninggalkan keluarganya. Kemudian aku menangis. Yah aku menangis, aku menangis karenanya. Aku menceritakan kepada ibuku sepulang dari liburan. Kemudian ibu berkata “ayahmu juga seorang yang dasamuka, itulah mengapa ibu sangat menjagamu dan membatasimu, dan ibu gagal”. Ibu berlari meninggalkanku. Berlari sekencang mungkin keluar dari kompleks perumahan. Berlari dan aku mengejarnya dari belakang. Berlari sangat kencang dan sedetik setelahnya aku berhenti berlari. Aku berhenti mengejarnya. Aku berhenti bukan karena dia tidak berlari lagi. Aku berhenti setelah mendengar decitan ban yang mengerem dan melemparkan ibu kemudian berlalu pergi meninggalkan ibu tergeletak dengan banyak sesuatu berwarna merah pekat. Aku berhenti menangis. Aku berdiri dan memutar balik badanku kembali kerumah. Kembali duduk diteras rumahku.
Sekarang aku sendirian, ibu pun meninggalkanku, ibu yang ku jadikan satu-satunya temanku. Ibu yang dihadapanku tidak pernah sama sekali menangis, dia tertawa. Menertawakan apasaja. Ibu yang selama ini menyimpan rasa sakit yang juga kurasakan. Ibu yang menurutku adalah ibu terhebat didunia ini.
Aku terduduk diteras mendengar sayup-sayup lantunan doa dari ruang bawah doa yang akan mengantarkan ibuku pergi. Kemudian aku merasa lapar, dan ku ambil buah apel yang pisau yang biasanya tersimpan dipiring diatas meja di kamarku. Ini senja, senja yang memudar setelah kejadian tadi. Ini senja dan apelnya terasa hambar. Ini senja dan kutusukkan pisau itu keperutku. Ini senja dan akupun terbaring di peristirahatan terakhir disamping ibuku. Kemudian mereka menghamburkan tanah keatas kami. Ini senja, dan ini telah memudar.

Senjaku memudar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar