Jumat, 02 Maret 2012

Kamu menyukai rindu dan Aku menyukai kamu


Sedetik yang lalu “Entah mengapa aku begitu benci terhadap waktu yang berdetak sangat lama. Aku ingin melewati semua fase ini dengan cepat. Tapi hanya satu waktu aku ingin untuk mereka terhenti, saat bersamamu”

Dan sedetik setelahnya, kamu mengirim pesan untuk berhenti saling melempar pesan singkat karena sedang bersama kawanmu, dan takut suasana membawamu dalam kalimat yang kejam, itu katamu. Walaupun aku sama sekali tidak mengerti maksud kejam itu. Tapi, kalimat bait terakhir yang bermula ‘entah’ itu sungguh manis. Iya, kamu seperti gula.

Kita wajar, setidaknya karena saling menanyakan “sudah makan kamu ?”, sesuatu yang menurutku buang-buang tenaga untuk menanyakannya. Tapi tak apa, itu manis. Aku mau disuap, bolehkan kita bergantian untuk saat ini saja. Kamu harus membuatkanku bekal, menyuapiku. Aku merajuk, aku rindu.  Masih wajar, selebihnya biasa saja. Kita bahkan tidak merayakan apa yang di sebut dengan valentine itu, tidak saling mengingat tanggal jadian. Hal yang hebat adalah, saat menghabiskan waktu bersamamu itu hebat.

Aku bilang maaf, karena aku rindu. Kamu bilang itu mengesalkan tapi katamu kamu menyukainya. Kamu bilang aku fireworks. Aku ingat terakhir kali aku menyukai fireworks, itu malam lebaran. Dimana air di sudut mata mengalir deras mengingat kakak laki-lakiku terbujur kaku. Dan besok dia menyatu dengan tanah. Aku pernah menyukai fireworks. Tapi dulu. Apakah kamu pernah menyukai fireworks juga ? aku bahkan tidak mengerti kenapa aku mesti menjadi fireworks,katamu.

Selamat malam sarapan, aku tidak perlu berlama-lama. Bunyikan bel itu aku akan berkicau, semoga harimu menyenangkan selamat gelap rindu. Aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar